Sabtu, 05 Januari 2013
Senin, 15 Agustus 2011
Keutamaan Surat Al-Fatihah
“Maukah engkau kuajarkan surat yang paling agung dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid”?. Beliau pun memegang tanganku. Tatkala kami hendak keluar, maka aku katakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi Anda bersabda, “Aku akan ajarkan kepadamu Surat yang paling agung dalam Al-Qur’an”. Beliau bersabda, “Alhamdulillahi Robbil alamin. Dia ( Surat Al-Fatihah) adalah tujuh ayat yang berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim yang diberikan kepadaku”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4720), Abu Dawud dalam Sunan-nya (1458), dan An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (913)]
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1].
2. Segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai[4] di hari Pembalasan[5].
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7].
6. Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9]
[1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
[2] Alhamdu (segala puji). memuji orang adalah Karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: menyanjung-Nya Karena perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah Karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
[3] Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.
[4] Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim,ia berarti: pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.
[5] Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.
[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
[8] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat Ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
[9] yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Sabtu, 30 Juli 2011
Yudhi Lesmana mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa 1432 H
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”
(QS. Al Baqarah: 183)
read more “Yudhi Lesmana mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa 1432 H”
(QS. Al Baqarah: 183)
Rabu, 27 Juli 2011
Politisi Sibuk Bedebat, JK Siapkan Karya Terbaru
Hampir sepanjang perjalanan pasangan SBY-Budiono konsentrasi pemberitaan media lebih banyak pada masalah politik, setiap masalah hukum yang menjerat pejabat publik lantas dimaknasi secara politis, pidato presiden serta pernyataan para pejabat lebih banyak berbicara masalah politik, terkait masalah dirinya, jabatannya, golongannya, serta pernyataan yang bersifat retotis lainnya.
Terakhir kita lihat bagaimana SBY begitu marah ketika berpidato terkait nazaruddin yang sudah merusak citra partainya, dan juga pidatonya yang begitu kecewa ketika menunjukkan ketidaksukaan terhadap sms nazarudin yang menuding dirinya sebagai homoseksual, tetapi saya tidak pernah melihat SBY marah melihat kinerja pejabat daerah yang terlambat memberikan pertolongan pada bayi yang kelaparan, atau marah kepada menteri pendidikan ketika ada sekolah yang roboh, atau marah pada menterinya yang lambat mempelajari RUU BPJS.
Politisi lain juga tidak kalah dengan SBY, lebih banyak memberikan retorika di media, menteri, anggota DPR berlaku seperti pengamat, memberikan kritik, masukan, memberikan angan-angan tetapi lupa kalau sebenarnya itu adalah tugasnya. Orientasi pada hasil tidak dipahami oleh pejabat kita, misalnya saja di DKI Jakarta, beberapa peraturan daerah hampir tidak berjalan lebih dari sebulan seperti peraturan tentang larangan merokok di tempat umum, larangan memberi uang pada pengemis, larangan membuang sampah sembarangan, kewajiban menyalahkan lampu kendaraan siang hari, yang terakhir adalah larangan menyebrang sembarangan. Peraturan-peraturan itu hanya ada tetapi tidak dilaksanakan, mental pejabat kita menggap jika sudah dibuat peraturan (kebijakan) maka permasalahan menjadi selesai, padahal yang terpenting adalah actionnya, di pemerintah pusat berapa banyak instruksi SBY yang tidak diindahkan, itu terjadi karena SBY ternyata memiliki mental seperti itu, menganggap jika sudah diberikan instruksi maka tugasnya selesai tanpa melihat hasil kerjanya.
Saya secara pribadi merasa selama ini rakyat diberikan tontonan-tontonan politik yang tidak mendidik, para politisi seperti wayang yang hidup dalam kegelapan, mereka saling serang dengan retorika politik tetapi lupa bahwa tugasnya adalah bekerja. Padahal apa yang diperdebatkan lebih banyak bukan permasalahan kerakyatan, tetapi lebih pada membicarakan dirinya dan partainya. Hasilnya rakyat menjadi apatis, karena selama ini rakyat menilai bahwa politisi kita banyak bicara di media, tetapi disisi lain mereka tidak merasakan apa yang politisi kita bicarakan, maka rakyat dengan mudah menarik kesimpulan bahwa omongan politisi adalah bohong, misalnya ungkapan Budiono yang menyebutkan bahwa angka kemiskinan Indonesia 10%, atau ungkapan SBY yang menyatakan bahwa kita swasembada beras tetapi busung lapar dimana-mana.
Jika mereka sibuk dengan dunia mereka yang hampa, maka lain cerita dengan Jusuf Kalla, janjinya ketika kampanye untuk “pulang kampung” membangun masjid, pendidikan, perdamaian, dan bisnisnya ditepatinya sebagai janji seorang ksatria. saya adalah seorang anggota palang merah remaja ketika sekolah, namun ketika saya melihat kondisi palang merah saat ini saya begitu bangga dengan terobosa-terobosan yang dilakukan JK dalam membangun palang merah salah satunya adalah tersedianya kendaraan PMI yang banyak karena pada waktu itu JK rajin mengadakan kegiatan donor di pabrik-pabrik, setiap pabrik kendaraan yang dikunjunginya JK berujar bahwa pengusaha kendaraan bermotor bertanggung jawab atas banyaknya permintaan darah di PMI, karena banyaknya kecelakaan di jalan, untuk itu JK meminta kendaraan operasional, selain itu untuk memasyarakatkan donor, saat ini mudah bagi kita menemukan kegiatan donor, baik di PMI hingga di mall-mall, yang lain lagi JK melakukan terobosan pada logistik PMI, jika dulu kami memberikan bantuan pada daerah bencana dengan cara membawa logistik bantuan dari gudang PMI ke daerah bencana memakan waktu, maka JK mengosongkan semua gudang, dan bekerja sama dengan alfamart/indomart, jika ada bencana PMI tinggal mengambil di sana dan pusat akan membayar, hal ini menyebabkan logistik bantuan tidak busuk di gudang dan terhindar dari praktik korupsi, masih banyak yang dilakukan JK di PMI
Ekonomi Kerakyatan
Pada perdebatan calon presiden semestinya kita bisa melihat arah ideologi dari setiap calon pemimpin, misalnya kita lihat gencarnya penanaman modal asing yang dilakukan oleh SBY, bahkan pada sektor-sektor yang sebetulnya bisa dikelola oleh pribumi, bahkan sumber daya alam pun tak luput dari keterlibatan asing. Hal tersebut menandakan bahwa SBY-Budiono penganut ekonomi liberal. Dampak dari kebijakan ini adalah tidak berkembangkannya ekonomi kecil dan menengah, sektor pertanian misalnya para petani akibat kesulita lebih memilih menjual lahannya untuk dijadikan perumahan (real estate), atau keadaan pasar tradisional yang kian tergusur oleh adanya mall-mall, merupakan dampak logis dari arah kebijakan liberal tersebut, ekonomi liberal menganggap bahwa kapital (modal) sebagai faktor utama, sehingga menyebabkan pemerintah lebih sibuk berpikir tetang pemodal daripada rakyatnya. Pemodal-pemodal ini yang menjadikan Indonesia sebagai negara korporatokrasi.
Secara tegas JK tidak menyebutkan apa ideologi politiknya tapi pandangannya tentang perlunya kecintaan terhadap produk lokal bisa kita lihat sebagai bukti nasionalisme dan kecintaannya terhadap rakyat. JK berpendapat bahwa pribumi harus diberikan kesepatan luas untuk berkarya, jangan asing terus yang diberikan kesempatan sehingga kemampuan bangsa ini tertutupi. Kalau pemerintah lebih mementingkan asing, lalu siapa yang akan menghargai hasil karya rakyatnya.
JK bukan tipikal orang yang banyak berteori, hal ini bisa dilihat dari apa yang dia gunakan seperti kecintaannya pada sepatu cibaduyut, atau pulpen murah yang selalu ada di kantongnya, baju dari pengerajib loka, sepintas hal itu memang tidak esensial tetapi jika seseorang sudah memperhatikan rakyatnya dari hal kecil yang dikenakannya maka sesungguhnya tidak kita bisa kita ragukan kecintaannya terhadap produk-produk lokal. Dalam hal yang lebih besar JK memberikan kesempatan kepada anak bangsa membangun bandara hassanudin Makassar, hal ini menjadikan bandara itu adalah satu-satunya bandara yang murni dibangun oleh rakyat Indonesia. Walaupun ada kekurangan disana-sini tetapi kayaknya kita lebih bangga dibanding dibangun oleh orang lain.
Monorail Karya anak Bangsa
Yang terbaru dari karya JK adalah pembangunan Monorail di Makassar, inilah yang akan menjadi mahakarya rakyat Indonesia selanjutnya “Masak sudah 60 tahun merdeka, membuat monorel saja tidak mampu, ini harus kita bangun tanpa ada satu pun pihak asing yang terlibat, lihat Bandara Makassar tidak ada satu pun pihak asing yang terlibat,” kata JK saat melakukan penandatanganan MoU dengan Walikota Makassar, Bupati Maros dan Bupati Gowa di rumah jabatan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Jl Jenderal Sudirman, Makassar, Senin (25/7/2011). “Ide awal monorel ini sekitar dua bulan yang lalu, waktu itu saya ajak gubernur Sulsel dan walikota Makassar untuk berkeliling kota tanpa pengawalan. Yang kami rasakan memang luar biasa macetnya, jarak 14 km saja kita harus tempuh selama 1,5 jam,” lanjutnya, rencananya perusahaannya akan berinvestasi 4 Triliun rupiah dalam proyek transportasi sepanjang 30 Km ini.
Jika dulu Jakarta pernah batal membangun monorail karena pihak asing yang mengerjakan membutuhkan dana yang besar, serta jaminannya. Maka dengan dikerjakan rakyat Indonesia pembangunan monorail ini menjadi murah dan lebih membanggakan bahkan JK menjamin bahwa monorail yang dibangunnya ini akan lebih advance dari yang ada di Kuala Lumpur, JK pun mengungkapkan keingginannya setelah membangun monorail di kampungnya akan melanjutkannya di kota lain seperti Bandung dan Surabaya.
Begitulah sosok JK yang bersahaja, berbicara apa adanya, dan banyak berkarya. Menjadi pelajaran bagi kita agar melihat pemimpin ke depan dari hasil kerjanya, bukan dari persepsi publik, atau retorikanya, bahkan tidak juga dari sopan-santunnya. Karena pemimpin sejati sesungguhnya tidak membutuhkan popularitas, sebagaimana belum pernah saya mendengar JK mengeluh atas kritik tajam yang kerap mencibirnya, baginya bekerja dengan apa yang dia yakini bermanfaat bagi rakyat jauh lebih utama dibanding sibuk memperbaiki citranya di mata publik.
sumber : http://politik.kompasiana.com/2011/07/26/politisi-sibuk-bedebat-jk-siapkan-karya-terbaru/
read more “Politisi Sibuk Bedebat, JK Siapkan Karya Terbaru”
Terakhir kita lihat bagaimana SBY begitu marah ketika berpidato terkait nazaruddin yang sudah merusak citra partainya, dan juga pidatonya yang begitu kecewa ketika menunjukkan ketidaksukaan terhadap sms nazarudin yang menuding dirinya sebagai homoseksual, tetapi saya tidak pernah melihat SBY marah melihat kinerja pejabat daerah yang terlambat memberikan pertolongan pada bayi yang kelaparan, atau marah kepada menteri pendidikan ketika ada sekolah yang roboh, atau marah pada menterinya yang lambat mempelajari RUU BPJS.
Politisi lain juga tidak kalah dengan SBY, lebih banyak memberikan retorika di media, menteri, anggota DPR berlaku seperti pengamat, memberikan kritik, masukan, memberikan angan-angan tetapi lupa kalau sebenarnya itu adalah tugasnya. Orientasi pada hasil tidak dipahami oleh pejabat kita, misalnya saja di DKI Jakarta, beberapa peraturan daerah hampir tidak berjalan lebih dari sebulan seperti peraturan tentang larangan merokok di tempat umum, larangan memberi uang pada pengemis, larangan membuang sampah sembarangan, kewajiban menyalahkan lampu kendaraan siang hari, yang terakhir adalah larangan menyebrang sembarangan. Peraturan-peraturan itu hanya ada tetapi tidak dilaksanakan, mental pejabat kita menggap jika sudah dibuat peraturan (kebijakan) maka permasalahan menjadi selesai, padahal yang terpenting adalah actionnya, di pemerintah pusat berapa banyak instruksi SBY yang tidak diindahkan, itu terjadi karena SBY ternyata memiliki mental seperti itu, menganggap jika sudah diberikan instruksi maka tugasnya selesai tanpa melihat hasil kerjanya.
Saya secara pribadi merasa selama ini rakyat diberikan tontonan-tontonan politik yang tidak mendidik, para politisi seperti wayang yang hidup dalam kegelapan, mereka saling serang dengan retorika politik tetapi lupa bahwa tugasnya adalah bekerja. Padahal apa yang diperdebatkan lebih banyak bukan permasalahan kerakyatan, tetapi lebih pada membicarakan dirinya dan partainya. Hasilnya rakyat menjadi apatis, karena selama ini rakyat menilai bahwa politisi kita banyak bicara di media, tetapi disisi lain mereka tidak merasakan apa yang politisi kita bicarakan, maka rakyat dengan mudah menarik kesimpulan bahwa omongan politisi adalah bohong, misalnya ungkapan Budiono yang menyebutkan bahwa angka kemiskinan Indonesia 10%, atau ungkapan SBY yang menyatakan bahwa kita swasembada beras tetapi busung lapar dimana-mana.
Jika mereka sibuk dengan dunia mereka yang hampa, maka lain cerita dengan Jusuf Kalla, janjinya ketika kampanye untuk “pulang kampung” membangun masjid, pendidikan, perdamaian, dan bisnisnya ditepatinya sebagai janji seorang ksatria. saya adalah seorang anggota palang merah remaja ketika sekolah, namun ketika saya melihat kondisi palang merah saat ini saya begitu bangga dengan terobosa-terobosan yang dilakukan JK dalam membangun palang merah salah satunya adalah tersedianya kendaraan PMI yang banyak karena pada waktu itu JK rajin mengadakan kegiatan donor di pabrik-pabrik, setiap pabrik kendaraan yang dikunjunginya JK berujar bahwa pengusaha kendaraan bermotor bertanggung jawab atas banyaknya permintaan darah di PMI, karena banyaknya kecelakaan di jalan, untuk itu JK meminta kendaraan operasional, selain itu untuk memasyarakatkan donor, saat ini mudah bagi kita menemukan kegiatan donor, baik di PMI hingga di mall-mall, yang lain lagi JK melakukan terobosan pada logistik PMI, jika dulu kami memberikan bantuan pada daerah bencana dengan cara membawa logistik bantuan dari gudang PMI ke daerah bencana memakan waktu, maka JK mengosongkan semua gudang, dan bekerja sama dengan alfamart/indomart, jika ada bencana PMI tinggal mengambil di sana dan pusat akan membayar, hal ini menyebabkan logistik bantuan tidak busuk di gudang dan terhindar dari praktik korupsi, masih banyak yang dilakukan JK di PMI
Ekonomi Kerakyatan
Pada perdebatan calon presiden semestinya kita bisa melihat arah ideologi dari setiap calon pemimpin, misalnya kita lihat gencarnya penanaman modal asing yang dilakukan oleh SBY, bahkan pada sektor-sektor yang sebetulnya bisa dikelola oleh pribumi, bahkan sumber daya alam pun tak luput dari keterlibatan asing. Hal tersebut menandakan bahwa SBY-Budiono penganut ekonomi liberal. Dampak dari kebijakan ini adalah tidak berkembangkannya ekonomi kecil dan menengah, sektor pertanian misalnya para petani akibat kesulita lebih memilih menjual lahannya untuk dijadikan perumahan (real estate), atau keadaan pasar tradisional yang kian tergusur oleh adanya mall-mall, merupakan dampak logis dari arah kebijakan liberal tersebut, ekonomi liberal menganggap bahwa kapital (modal) sebagai faktor utama, sehingga menyebabkan pemerintah lebih sibuk berpikir tetang pemodal daripada rakyatnya. Pemodal-pemodal ini yang menjadikan Indonesia sebagai negara korporatokrasi.
Secara tegas JK tidak menyebutkan apa ideologi politiknya tapi pandangannya tentang perlunya kecintaan terhadap produk lokal bisa kita lihat sebagai bukti nasionalisme dan kecintaannya terhadap rakyat. JK berpendapat bahwa pribumi harus diberikan kesepatan luas untuk berkarya, jangan asing terus yang diberikan kesempatan sehingga kemampuan bangsa ini tertutupi. Kalau pemerintah lebih mementingkan asing, lalu siapa yang akan menghargai hasil karya rakyatnya.
JK bukan tipikal orang yang banyak berteori, hal ini bisa dilihat dari apa yang dia gunakan seperti kecintaannya pada sepatu cibaduyut, atau pulpen murah yang selalu ada di kantongnya, baju dari pengerajib loka, sepintas hal itu memang tidak esensial tetapi jika seseorang sudah memperhatikan rakyatnya dari hal kecil yang dikenakannya maka sesungguhnya tidak kita bisa kita ragukan kecintaannya terhadap produk-produk lokal. Dalam hal yang lebih besar JK memberikan kesempatan kepada anak bangsa membangun bandara hassanudin Makassar, hal ini menjadikan bandara itu adalah satu-satunya bandara yang murni dibangun oleh rakyat Indonesia. Walaupun ada kekurangan disana-sini tetapi kayaknya kita lebih bangga dibanding dibangun oleh orang lain.
Monorail Karya anak Bangsa
Yang terbaru dari karya JK adalah pembangunan Monorail di Makassar, inilah yang akan menjadi mahakarya rakyat Indonesia selanjutnya “Masak sudah 60 tahun merdeka, membuat monorel saja tidak mampu, ini harus kita bangun tanpa ada satu pun pihak asing yang terlibat, lihat Bandara Makassar tidak ada satu pun pihak asing yang terlibat,” kata JK saat melakukan penandatanganan MoU dengan Walikota Makassar, Bupati Maros dan Bupati Gowa di rumah jabatan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Jl Jenderal Sudirman, Makassar, Senin (25/7/2011). “Ide awal monorel ini sekitar dua bulan yang lalu, waktu itu saya ajak gubernur Sulsel dan walikota Makassar untuk berkeliling kota tanpa pengawalan. Yang kami rasakan memang luar biasa macetnya, jarak 14 km saja kita harus tempuh selama 1,5 jam,” lanjutnya, rencananya perusahaannya akan berinvestasi 4 Triliun rupiah dalam proyek transportasi sepanjang 30 Km ini.
Jika dulu Jakarta pernah batal membangun monorail karena pihak asing yang mengerjakan membutuhkan dana yang besar, serta jaminannya. Maka dengan dikerjakan rakyat Indonesia pembangunan monorail ini menjadi murah dan lebih membanggakan bahkan JK menjamin bahwa monorail yang dibangunnya ini akan lebih advance dari yang ada di Kuala Lumpur, JK pun mengungkapkan keingginannya setelah membangun monorail di kampungnya akan melanjutkannya di kota lain seperti Bandung dan Surabaya.
Begitulah sosok JK yang bersahaja, berbicara apa adanya, dan banyak berkarya. Menjadi pelajaran bagi kita agar melihat pemimpin ke depan dari hasil kerjanya, bukan dari persepsi publik, atau retorikanya, bahkan tidak juga dari sopan-santunnya. Karena pemimpin sejati sesungguhnya tidak membutuhkan popularitas, sebagaimana belum pernah saya mendengar JK mengeluh atas kritik tajam yang kerap mencibirnya, baginya bekerja dengan apa yang dia yakini bermanfaat bagi rakyat jauh lebih utama dibanding sibuk memperbaiki citranya di mata publik.
sumber : http://politik.kompasiana.com/2011/07/26/politisi-sibuk-bedebat-jk-siapkan-karya-terbaru/
Langganan:
Postingan (Atom)